PANEN SAWI SAMHONG – Jenis sawi yang ditanam Adit yakni Samhong King. Sawit ini berbeda dengan famili sawi lainny seperti caisim dan pakcoy. Ciri lain Sawi Samhong lainnya adalah daunnya sangat lebar dan batangnya panjang berwarna putih. Sawi jenis ini juga memiliki kandungan nutrisi yaitu kalsium, besi, magnesium, fosfor, kalium, sodium, zinc dan tembaga.
“Sawi Samhong King sering disebut juga sawi keriting. Sebab, bentuk daunnya lebih keriting dibandingkan jenis sawi lainnya,” kata Chusaeni yang sejak memulai usahanya memasarkan dengan cara online dan offline mulai dari mulut ke mulut. “Panen juga bisa dilakukan satu pekan sekali. Sekali panen di media tanamnya bisa menghasilkan sekitar 40 kilogram sayuran,” tambahnya.

Selain Sawi Samhong King, Chusaeni juga menanam kangkung, sawi pakchoy, sawi caisim, sawi pahit, bayam batik dan selada caipira. Saat ini yang dikembangkan baru seluas 72 meter persegi. “Dengan usaha saya yang masih terbilang skala kecil menengah saya juga memproduksi pakan sendiri semua organik,” katanya.
Alasan Chusaeni membudidayakan sayuran secara hidroponik, karena memiliki banyak kelebihan. Diantaranya, penggunaan lahan yang lebih efisien, efisien lingkungan, pemberian nutrisi (pupuk) dapat diatur, tanpa media tanah, tidak ada gulma, hingga tidak ada risiko penanaman terus-menerus sepanjang tahun.
Sistem tanaman hidroponik lanjutnya, juga relatif lebih cepat tumbuh kembang. Sebab unsur hara dalam larutan dapat secara optimal dimanfaatkan sepenuhnya oleh tanaman. Bahkan daun lebih lebar dan daging buah lebih besar.
Kelebihan lainnya menurut Chusaeni, kuantitas dan kualitas produksi juga lebih tinggi, lebih bersih, bebas dari racun pestisida, penggunaan pupuk dan air yang lebih efisien, serta periode tanam lebih pendek. Namun, usia tanaman juga beragam. Misalnya, kangkung 28 hari baru panen, sedangkan pakchoy usia 35 hari sudah bisa dipanen.
Berawal dari hobi
Karena itu alasan lain, Adit menanam hidroponik karena orang sekarang lebih cenderung hidup sehat dan apa yang dimakannya juga sehat. Itu semua berasal dari penanaman yang sehat. “Saya ingin menyediakan sayuran sehat, tanpa pestisida kimia yang berbahaya. Dengan sayuran yang alami saya sebagai petani merasa bahagia, sehat untuk tubuh yang mengkonsumsinya, karena sayuran dengan citarasa yang baik, enak, renyah selain sehat untuk tubuh, daya simpannya pun jauh lebih lama,” paparnya.
Apalagi menurut Adit pemenuhan sayuran di saat penyebaran COVID-19 cukup tinggi. Selain organik, pemeliharaannya juga tidak sulit, sehingga teknologi hidroponik menjadi solusi bagi masyarakat untuk mengembangkannya. Tanaman yang dikembangkan Adit memiliki beragam kandungan didalamnya seperti serat, vitamin dan nutrisi yang tak kalah penting, seperti vitamin A, vitamin E, vitamin K, asam folat dan asam glukosinolat.
Meski terbilang sukses mengembangan hidrpononik, Adit mengakui, kerap mengalami kendala. Dari mulai kualitas dan karakteristik air, hama dan lainnya. “Tapi semua itu mampu saya atasi,” katanya.
Dengan kerja keras yang dilakukan, Adit kini dipercaya sebagai mentor pelatihan hidroponik di daerahnya. Bahkan kini juga memproduksi dan menjual pupuk organik dan probiotik hewan sendiri. “Saat ini saya juga menjadi mentor di beberapa binaan yang ada di desa saya,” tuturnya.
Kepada generasi milenial, Adit berpesan agar mereka mandiri dan jangan selalu bergantung dibawah orang lain. Niatkan usaha dengan niat ibadah dan memberikan manfaat untuk orang lain. “Saya tidak muluk-muluk, hanya ingin orang lain hidup lebih sehat dengan membeli sayuran dari saya,” katanya.
JIKA INGIN MELIHAT ARTIKEL KAMI LAINNYA KLIK DI SINI