Lompat ke konten
Beranda » Amal dan Sahnya Iman

Amal dan Sahnya Iman

Ucapan dan Amalan Saling Terkait

Amal dan Sahnya Iman

Amal dan Sahnya Iman – Perkataan Imam Al-Muzani rahimahullah maksudnya adalah ucapan dan amalan itu sama, saling mendukung, saling terkait, tidak terpisah satu dan lainnya.

Tidak Ada Iman Kecuali dengan Amal

Tidak ada iman yang benar kecuali dengan amal. Ini adalah bantahan kepada Murji’ah yang menyatakan iman adalah perkataan dan tashdiq (pembenaran), mereka tidak memasukkan amalan dalam iman.

Dalam Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah dinyatakan,

وَالإِيْمَانُ: هُوَ الإِقْرَارُ بِاللِّسَانِ، وَالتَّصْدِيْقُ بِالجَنَانِ

“Iman adalah pengakuan dalam lisan dan pembenaran dalam hati.”

Pernyataan yang dikemukakan Imam Ath-Thahawiy ini adalah keliru. Yang benar adalah yang dinyatakan oleh Ahlus Sunnah dan mayoritas ulama bahwa iman adalah pembenaran dalam hati, pengakuan dalam lisan dan beramal dengan anggota badan. Inilah ushul (landasan/pokok ajaran) Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menunjukkan bahwa amal adalah bagian dari keimanan  tidaklah terhitung banyaknya. Sehingga dibangun dari hal tersebut bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang yaitu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

فَأَمَّا الَّذِينَ آَمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

Adapun orang-orang yang beriman, maka akan bertambah imannya, dan mereka merasa gembira.”  (QS. At-Taubah: 124)

Begitu juga firman Allah Ta’ala,

لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ

Supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (QS. Al-Fath: 4)

وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى

“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (QS. Maryam: 76)

Seandainya amal tidak masuk dalam istilah iman, niscaya seluruh manusia akan memiliki kesamaan dalam iman, baik dia itu orang yang berbuat baik atau yang berbuat jelek (fajir), orang yang taat atau yang berbuat maksiat, selama mereka mengakui dan membenarkan bahwa Allah adalah pencipta dan satu-satunya sesembahan serta perkara keimanan yang lain. Ini adalah ushul (keyakinan) yang batil (salah). Yang benar sebagaimana yang telah kami sebutkan yang dipilih oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah. (Lihat Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah Al-Muyassar, hlm. 66-67).

Syaikh Shalih Al-Fauzan ketika menerangkan perkataan Imam Ath-Thahawi di atas menyatakan, “Perkataan yang benar, iman adalah perkataan dengan lisan, keyakinan dalam hati, dan amal dengan anggota badan. Amalan masuk dalam hakikat iman, bukan sesuatu tambahan di luar iman. Siapa yang mencukupkan hanya dengan perkataan lisan, pembenaran dengan hati, tanpa ada amalan, maka ia bukan termasuk ahli iman yang benar.” (hlm. 145)

Amalan Tidak Diterima Kecuali dengan Iman

Amalan tidak diterima kecuali dengan beriman. Pernyataan ini adalah bantahan untuk Karamiyyah yang menyatakan iman itu hanya di lisan saja, padahal iman itu juga harus dengan keyakinan dalam hati.

Amal adalah Syarat Sahnya Iman

Hal ini perlu ada rincian.

  1. Jika yang dimaksud adalah harus menampakkan amalan yang diyakini dalam hati, ini adalah benar.
  2. Jika yang dimaksud adalah siapa yang tidak melakukan satu ketaatan, maka batallah iman secara total, maka ini termasuk akidah Khawarij.
  3. Iman itu syarat sempurna dalam sahnya iman, artinya iman itu bertambah dengan ketaatan dan iman itu berkurang karena maksiat, ini adalah benar.
  4. Iman itu bisa terwujud tanpa amalan, amalan hanyalah sebab bertambahnya pahala, maka ini adalah perkataan Murji’ah.

Lihat bahasan Syaikh Dr. Muhammad Bazmul dalam Iidhah Syarh As-Sunnah li Al-Muzani, hlm. 57.

JIKA INGIN MELIHAT ARTIKEL KAMI LAINNYA KLIK DI SINI