AHLAN WA SAHLAN SYEIKH BUMI PALESTINA YANG PENUH KEBERKAHAN
Sebaik-baiknya perubahan dalam sejarah kehidupan ummat manusia adalah apa yang diberlakukan oleh Allah melalui tangan-tangan para nabi-Nya, dan sebaik-baik perintah adalah apa yang dituliskan dalam kitab yang dibawakan oleh sebaik-baiknya utusan Allah.
SIAP BEBASKAN BUMI PALESTINA DARI PARA PENJAJAH DAN PENJARAH BUMI PARA NABI…TAKBIR
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ
إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS, AL-ISRA: 1)
Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H
Begitu banyak hadits yang diriwayatkan dari Nabi berkaitan dengan peristiwa Isra’ (dan Mi’raj). Nabi menerangkan secara rinci kejadian-kejadian yang telah beliau lihat, dan bahwasanya beliau diperjalankan di malam hari menuju Baitul Maqdis, kemudian dinaikkan dari sana menuju langit-langit hingga sampai pada permukaan atas langit yang tertinggi.
Beliau telah menyaksikan surga dan neraka, (bertemu dengan) sejumlah Nabi sesuai dengan kedudukan mereka, lantas ditetapkan atas beliau kewajiban shalat lima puluh waktu (dalam sehari semalam). Atas arahan dari Nabi Musa al-Kalim, beliau berbolak-balik kepada RabbNya (untuk meminta keringanan) hingga menjadi lima kali waktu secara perbuatan, dan menjadi 50 dalam pahala dan balasannya. Beliau dan umatnya telah meraih sumber-sumber kebanggaan di malam itu, yang tidak ada yang mengetahui kadarnya kecuali Allah.
Allah menyebut Muhammad di sini dan di dalam kesempatan menurunkan al-Quran dan di tempat penentangan sifat ‘ubudiyah. Lantaran Rasulullah telah meraih kedudukan-kedudukan yang tinggi ini melalui penyempurnaan penghambaan beliau kepada Rabbnya.
Dan Firman Allah, “Yang telah Kami berkahi sekelilingnya,” dengan pepohonan yang banyak dan sungai-sungai dan kesuburan yang langgeng. Di antara keberkahan (Masjidil Aqsha) adalah pengutamaan Masjid ini dibandingkan masjid-masjid lainnya selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dan bahwasanya dituntut untuk memaksakan bepergian ke masjid-masjid ini semata-mata untuk beribadah dan shalat di dalamnya. Dan bahwa Allah telah mengkhususkan tempat ini bagi kebanyakan para nabi dan orang-orang pilihanNya.Allah menyucikan dan mengagungkan diriNYa, karena Dia memiliki perbuatan-perbuatan dan aneka karunia yang agung.
Termasuk dalam kategori itu adalah bahwa Dia “yang telah memperjalankan hambaNya,” yaitu RasulNya, Muhammad “dari Masjidil Haram,” masjid yang paling agung secara mutlak “ke Masjidil Aqsha,” sebuah masjid yang termasuk kategori masjid-masjid yang utama dan tempat (pusat) para nabi. Beliau diperjalankan dalam satu malam melintasi jarak yang sangat jauh, dan kembali pada malam itu juga. Allah menunjukkan tanda-tanda kebesaranNya kepada beliau, yang menyebabkan beliau mendapatkan tambahan petunjuk, kekuatan bashirah, ketetapan hati serta pembeda (antara yang benar dan bathil).
Peristiwa ini menunjukkan perhatian dan kelembutan Allah terhadap Nabi, lantaran Dia memberikan kemudahan dalam seluruh uruusan serta melimpahkan karunia-karuniaNya kepada beliau beliau hingga mengungguli orang-orang terdahulu dan generasi yang akan datang dengannya.
Zahirnya ayat menunjukkan bahwa, peristiwa Isra’ terjadi pada permulaan malam dan sejak dari tempat Masjidil Haram itu sendiri. Akan tetapi, telah disebutkan dalam kitab ash-Shahih bahwasanya Rasulullah memulai perjalanan Isra’ dari rumah Ummu Hani. Berdasarkan ini maka keutamaan Masjidil Haram berlaku untuk seluruh tanah Haram.
Di setiap tanah Haram, (pahala) beribadah akan berlipatganda sebagaimana pelipatgandaan (pahala) ibadah di dalam Masjidil haram. (Selain itu), ayat ini menunjukkan bahwasanya peristiwa Isra’ (dan MI’raj) berlangsung dengan ruh dan jasad Nabi sekaligus. Karena jika tidak demikian, maka kejadian ini bukanlah termasuk tanda kebesaran yang besar dan keistimewaan yang agung.
Pelajaran dari ayat:
- Penegasan keyakinan pada Isra` dan Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ruh dan jasad beliau bersamaan, dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha, kemudian menuju langit-langit yang tinggi, hingga mendengar goresan pena-pena, dan Allah mewahyukan kepadanya apa yang Dia wahyukan, serta mewajibkan bagi umatnya shalat lima waktu.
- Kemuliaan tiga masjid; Masjidil Haram, Masjid Nabawi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Masjidil Aqsha. Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha telah disebutkan dengan dalil tersendiri, adapun Masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan dengan isyarat yang mengarah ke sana, karena kata Al-Aqsha merujuk kepada qashiyy (jauh). Sehingga Al-Qashiyy adalah Masjid Nabawi dan Al-Aqsha adalah masjid di kompleks Baitul Maqdis.
- Penjelasan hikmah dari Isra` dan Mi’raj, yaitu untuk menunjukkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mata kepalanya apa yang telah dia imani dan ketahui dengan wahyu, sehingga yang gaib menjadi terang bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Referensi : https://tafsirweb.com/4605-surat-al-isra-ayat-1.html