Lompat ke konten
Beranda » MENYAMBUT KEDATANGAN TAMU MULIA, BULAN RAMADHAN

MENYAMBUT KEDATANGAN TAMU MULIA, BULAN RAMADHAN

PELATIHAN MANASIK TKIT FIKRUL AKBAR


Tidak terasa kita akan segera bertemu dengan tamu mulia, tamu yang sangat istimewa dan dinantikan kedatangannya oleh orang-orang yang beriman. Tamu yang dengan sebabnya dosa-dosa kita bisa dileburkan, tamu yang menawarkan pahal-pahala yang berlimpah dengan izin Allah Azza wa Jalla yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari 1000 bulan…

Kalau sekiranya kita tahu apa Ramadhan itu dan apa yang dibawanya, maka sungguh berbahagianya kita dalam penyambutan itu. Bagaikan tamu mulia, Ramadhan adalah VVIP guest of the year. Bagaimana tidak, tamu ini begitu penting dalam kehidupan. Begitu penting dalam tatanan agama dan keyakinan kita. Puasa Ramadhan adalah satu dari pilar keagamaan kita. Tanpa Ramadhan, keIslaman kita akan ambruk. Belum lagi jika saja kita kenal ragam gifts atau hadiah yang luar biasa berharga yang dibawa bersama Sang Tamu Mulia. Hadiah kasih sayang ( rahmah), keberkahan ( barakah), pengampunan ( maghfirah), petunjuk ( Al-Quran), kedekatan ( Al-Qurbah) dengan Allah Azza wa Jalla, dan banyak lagi. Semua itu mengharuskan kita mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam penyambutannya…

SHOLAT BERJAMAAH SEBELUM MANASIK HAJI

Persiapan Pertama dalam penyambutan Ramadhan adalah “mengetahui”. Bahasa agamanya adalah urgensi ilmu dalam menjalani bulan Ramadhan. Ramadhan itu bulan ibadah. Bukan bulan budaya. Ibadah hanya akan sah ketika dibangun di atas ilmu yang benar. Karenanya, sambutlah Ramadhan dengan mempelajari semua hal yang terkait dengannya. Don’t take it for granted!

Kedua, berkaitan dengan kita yang menyambut. Jika kita kenal bahwa yang datang itu adalah tamu mulia maka tentu kita akan mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambutnya. Dalam hal ini, satu di antaranya adalah karena Ramadhan adalah bulan ibadah dan hidayah (Al-Quran), maka kita yang menyambutnya harus menyesuaikan diri dengannya. Penyesuaian diri dengan kesucian Ramadhan ini erat kaitannya dengan psychological state atau keadaan jiwa yang menyambutnya. Kesucian ibadah dan Alquran tidak akan bersentuhan dengan jiwa penuh kotoran. Laa yamassuhu illal muthahharuun (Al-Quran tidak disentuh kecuali orang-orang yang suci hatinya). Karenanya, persiapan terpenting dalam menyambut Ramadhan ini adalah tazkiyah an-nafs (pembersihan jiwa) yaitu dengan bersegera memohon ampunan-Nya…

Ketiga, persiapkan diri untuk bersegera meraih hadiah yang dibawa oleh Tamu Agung dan mulia itu. Hadiah-hadiah yang super mahal, tak terbelikan oleh nilai duniawi. Bulan Ramadhan menjanjikan semua hadiah paling berharga dalam hidup manusia. Hidayah (Al-Quran) diturunkan di dalamnya. Bahkan, dikisahkan bahwa semua Kitab Suci diturunkan pada bulan Ramadhan…


Hadiah ibadah dalam nilai, di mana sunnah-sunnah diganjar dengan pahala fardhu. Dan fardhu-fardhu diganjar dengan berlipat ganda. Bahkan, tidurnya orang puasa karena kelelahan, bukan karena malas, juga adalah bernilai ibadah. Demikian seterusnya. Ragam hadiah itu harus membangun ruh kompetisi yang tinggi untuk kita merebutnya. Wa saari’uu ilaa maghfiratin min Rabbikum wa jannah (Bersegaralah kalian meraih ampunan Tuhanmu dan surga)
Jangan mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Sahabat Nabi yang mulia, yaitu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

لا تقدموا رمضان بصوم يوم ولا يومين, إلا رجل كان يصوم صوما فليصمه

“Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari (sebelumnya), kecuali bagi orang yang dia biasa berpuasa (sunnah, yang bertepatan dengan hari itu), maka silahkan dia berpuasa.”

(HR. Imam Al-Bukhori no. 1914 dan imam Muslim no. 1082)

Berdasarkan hadits tersebut di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa hukum puasa Ramadhan itu terkait dengan masalah Ru’yatul Hilal (melihat hilal/bulan Sabit tanggal 1 Ramadhan), dikhawatikan tercampurnya antara puasa yang nafilah (sunnah) dengan puasa yang fardhu (wajib). Kecuali bagi orang yang telah mempunyai kebiasaan menjalankan puasa sunnah Senin – Kamis diperbolehkan (mubah) melakukannya.
Pada akhirnya, Marhaban ya Ramadhan. Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa dalam ketaatan kehadirat Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.

Wallahua’lam bishawab

CERAMAH SHOLAT TERAWIH ROMADHON BERSAMA SHEIH PALESTINA