RIHLAH
Dalam bahasa arab رحلة artinya perjalanan. Sementara, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Rihlah diartikan rih·lah n perlawatan; perjalanan; pelancongan; darmawisata.
Kalau dalam bahasa modern istilah yang populer mungkin study tour. 🙂
Rihlah telah menjadi tradisi para cendikiawan muslim sejak dahulu kala. Mereka sering melakukan perjalanan jauh, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun lamanya untuk bersilaturrahmi, melakukan refleksi, menemui orang hebat, dan menimba pengetahuan. Hasil rihlah itu biasanya mereka catat agar bisa dijadikan pengetahuan bagi orang lain.
Salah satu catatan rihlah yang terkenal di dunia adalah
Kitab Riḥlat Ibn Baṭūṭah. Buku ini disusun pada abad ke-14 yang berisi catatan mengenai perjalanan pelancong asal Maroko yang bernama Ibnu Batutah.
Tanggal 8-10 September nanti, kita akan melaksanakan kegiatan rihlah yang dinamai Rihlah Peradaban Masjid (RPM). Di kegiatan ini kita akan mengunjungi masjid-masjid yang telah memantik peradaban nusantara lalu mendiskusikannya.
Lokasi diskusi yang dipilih adalah Masjid Mataram Kotagedhe, salah satu masjid tertua di Nusantara yang menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram Islam. Beberapa Sultan kerajaan jawa dimakamkan di sekitar masjid yang eksotis ini. Termasuk Panembahan Senopati, Sultan I Kerajaan Mataram Islam.
Apa pentingnya rihlah ini?
Agar setelah ini, di masa yang akan darang kita bisa mengembangkan secara lebih berani dan lebih jauh masjid-masjid kita.
“Mempelajari sejarah itu seperti menarik busur panah. Semakin kita tarik ke belakang, semakin jauh anak panah melesat ke depan”. (M Jazier, Jogokaryan)
“Pencapaian masa depan kita berbanding lurus dengan seberapa jauh kita menarik busur ke sejarah masa silam”. (Cak Nun).
Yang memerlukan informasi tentang kegiatan ini, silahkan hubungi Mas Zenopa di nomor: +62 813-2801-9144.
Berkahselaloe
Beni Sulastiyo