Lompat ke konten
Beranda » PEMBOMAN GEREJA GAZA DAN EKSPOSUR KEBOHONGAN

PEMBOMAN GEREJA GAZA DAN EKSPOSUR KEBOHONGAN

KINI SAATNYA MENJAWAB SERUAN AL-AQSHA, BERSAMA GAZA MENUNJUKKAN IZZAH UMMAT ROSULULLAH

وَلَوْلَا  دَ  فْعُ  اللّٰهِ  النَّا سَ  بَعْضَهُمْ  بِبَـعْضٍ  لَّهُدِّمَتْ  صَوَا مِعُ  وَبِيَعٌ  وَّصَلَوٰتٌ  وَّمَسٰجِدُ  يُذْكَرُ  فِيْهَا  اسْمُ  اللّٰهِ  
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah”.

Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H

  1. Kemudian, Allah menceritakan tentang bentuk tindakan kezhaliman mereka. Allah berfirman, “(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung-kampung halaman mereka,” maksudnya mereka dipaksa untuk keluar (dari kampung halaman) dengan melancarkan penindasan dan fitnah (kepada kaum Muslimin) “tanpa alasan yang benar kecuali,” bahwa dosa mereka yang menyebabkan para musuh menindas ialah “karena mereka berkata, ‘Rabb kami hanyalah Allah’,” maksudnya, kecuali karena mereka mengesakan Allah dan menyembahNya dengan mengikhlaskan ibadah kepadaNya. Jika ini memang dosa, maka itulah dosa mereka. Persis seperti Firman Allah,
    “Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,” (Al-Buruj:8)
    Ayat ini menunjukkan kepada hikmah pensyariatan jihad. Sesungguhnya, tujuan jihad yaitu penegakan agama Allah atau menahan orang-orang kafir yang mengganggu kaum Mukminin, yang mengawali perbuatan melampaui batas kepada kaum Mukminin dan tindakan aniaya dan permusuhan mereka terhadap kaum Mukminin, (dan) keleluasaan untuk beribadah kepada Allah, dan penegakan syariat-syariat yang zhahirah. Oleh Karena itu, Allah berfirman, “Dan sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan (keberadaan) sebagian yang lain,” maka Allah mengenyahkan bahaya yang ditimbulkan kaum kafir dengan keberadaan kaum mujahidin di jalanNya, “tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang yahudi, danm asjid-masjid,” maksudnya, tempat-tempat ibadah yang besar ini milik sejumlah golongan ahli kitab dari penganut agama Nasrani dan Yahudi dan masjid-masjid kepunyaan kaum Muslimin benar-benar akan hancur berantakan.
    “Yang didalamnya disebut,” yaitu di tempat-tempat ibadah ini “nama Allah dengan banyak,” shalat-shalat ditegakkan, kitab-kitab Allah dibaca dan penyebutan nama Allah diulang-ulang dengan berbagai jenis dzikir di dalamnya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan (keberadaan) sebagian yang lain, niscaya kaum kafir dapat menguasai kaum muslimin. Lalu, mereka melulhlantahkan tempat-tempat ibadah mereka dan melancarkan fitnah yang menguji keyakinan agama mereka. Hal ini menandakan bahwa pelaksanaan jihad disyariatkan untuk tujuan menghentikan amukan pihak tertentu dan yang mengganggu, dan (disyariatkan) untuk sasaran lainnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa Negara-negara yang di dalamnya telah terwujud ketenangan untuk melakukan ibadah kepada Allah, masjid-masjidnya dimakmurkan, seluruh symbol-simbol agama menonjol, keadaan ini merupakan bagian dari jasa mulia kaum mujahidin dan keberkahan mereka. Allah melenyapkan kaum kafir darinya. Allah berfirman,
    “Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (Al-Baqarah:251).
    Bila anda mengatakan : sekarang ini, kita menyaksikan masjid-masjid kaum Muslimin begitu semarak, tidak rusak. Padahal kebanyakan (negeri-negeri kaum MUslimin) kecil dan pemerintahannya tidak teratur dan mereka tidak terdorong untuk memerangi Negara-negara tetangga dari bangsa barat. Bahkan kita menyaksikan masjid-masjid yang berada di bawah pemerintahana dan penguasaan mereka (kaum kafir) tetap makmur (terpelihara). Para pemiliknya (kaum Muslimin) pun merasa tentram. Padahal penguasa dari kalangan kaum kafir mampu menghancurkannya. Lalu Allah mengabarkan bahwa seandainya tidak ada perlindungan Allah terhadap manusia dengan (keberadaan) sebagian yang lain, niscaya tempat-tempat ibadah itu akan hancur, tapi kita tidak menyaksikan adanya perlindungan?
    Untuk menjawabnya, bahwasanya jawaban pertanyaan dan masalah ini masuk dalam konteks keumuman ayat ini, dan menjadi salah satu bagiannya. Karena sesungguhnya orang yang mengerti seluk-beluk Negara-negara dan aturannya sekarang ini, yang menganggap bahwa setiap suku dan ras yang berada di bawah dan masuk di dalam kekuasaannya adalah anggota dari kerajaannya, bagian dari pemerintahannya, baik suku tersebut mempunyai kekuatan dengan jumlah orangnya, peresenjataannya, materinya, ilmunya atau pelayanannya, maka pihak pemerintah-pemerintah tersebut memberikan atensi pada kemaslahatan-kemaslahatan kelompok warga tersebut yang bersifat agamis maupun duniawi. Pemerintahan-pemerintahan itu khawatir bila tidak memenuhinya, stabilitas Negara akan goncang dan kehilangan sebagian dari tumpuannya. Maka, pemerintaha tersebut melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan agama atas alasan ini, terutama pembangunan masjid-masjid. Sesungguhnya, masjid-masjid itu sungguh-sungguh terpelihara rapi –walillahil hamd-. Bahkan yang berada di ibukota Negara-negara kafir sekalipun. Negara-negara itu memberikan otoritas otonomi, karena pertimbangan perasaan rakyat merekka dari kaum muslimin, kendatipun masih ada sifat dengki dan kebencian pada Negara-negara Nasrani (untuk kaum Muslimin) yang sudah dikabarkan oleh Allah bahwa ia akan tetap berlangsung sampai Hari KIamat. Maka, pemerintahan Islam yang tidak mampu membela kedaulatannya tetap aman dari bahaya mereka yang banyak lantaran keberadaan sifat kedengkian pada mereka.
    Tidak ada salah seorang pun dari mereka yang mampu mencengkramkan tangannya kepadanya karena takut dari tindakan Negara Islam membela diri dengan (meminta bantuan) Negara yang lain. Meskipun demikian, Allah pasti akan memperlihatkan kepada para hambaNya tentang kemenangan Islam dan kaum Muslimin yang telah dijanjikan di dalam kitabNya. Walillahil hamd, sudah terlihat faktor-faktor yang mengarah ke sana, dengan timbulnya perasaan di kalangan kaum Muslimin akan pentingnya kembali kepada agama mereka. Timbulnya perasaan ini merupakan dasar amal. Kita memuji Allah dan memintaNya supaya menyempurnakan kenikmatanNya.
    Oleh karenanya, Dia berfirman mengenai janjiNya yang jujur yang bertepatan dengan realita, “sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) Nya,” yaitu orang yang melakukan pembelaan terhadap agamaNya dengan ikhlas kepadaNya dalam pelaksanannya, berjuang di jalanNya agar kalimatullah-lah yang paling tinggi.
    “Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa,” maksudnya sempurna kekuatanNya, Mahaperkasa, tidak bisa tertahan. Dia telah menundukan seluruh makhluk dan memegang ubun-ubun mereka. Maka, bergembiralah kalian, wahai kaum MUslimin. Kendatipun jumlah dan kekuatan kalian lemah, sementara musuh kuat, maka sesungguhnya tumpuan kalian yang kuat lagi perkasa dan tempat bergantung kalian adalah Dzat yang telah menciptakan kalian dan menciptakan apa yang telah kalian kerjakan. Maka, tempuhlah langkah-langkah yang diperintahkan untuk dilakukannya. Kemudian, mintalah kemenagan dariNya. Sudah mesti, Dia akan menolong kalian,
    “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad:7).
    Wahai kaum Mslimin, kerjakanlah konsekuensi iman dan amal shalih, sungguh “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku.” (An-Nur:55).Referensi : https://tafsirweb.com/5776-surat-al-hajj-ayat-40.

Pemboman gereja Gaza dan eksposur kebohongan.
Shamsi Ali*

Terasa berat mengaitkan dua kata ini; etika dan peperangan. Keduanya memiliki nuansa yang paradoks. Etika adalah prilaku yang didasarkan kepada norma-norma kebenaran dan keadilan, baik secara legal maupun moral, dalam agama maupun hukum positif.

Hal ini mirip dengan mengaitkan dua kata ini: “holy war” (perang suci). Karena rasanya perang itu tidak pernah suci. Perang akan selalu identik dengan kekerasan, kerusakan dan pembunuhan. Karenanya kedua kata ini juga harusnya dipahami sebagai dua hal yang paradoksikal.

Islam sebagai agama kehidupan memberikan petunjuknya dalam segala aspek kehidupan manusia. Termasuk di dalamnya petunjuk Islam di saat berada dalam situasi peperangan. Bahkan Islam sangat rinci dalam memberikan acuan apa-apa yang tidak boleh dilakukan di saat berperang.

Saya tidak bermaksud menuliskan semua itu. Karena masalah etika Islam dalam peperangan bisa menjadi kajian besar dan dituliskan dalam buku yang terpisah. Mulai dari kapan boleh berperang, dengan siapa diizinkan berperang, hingga bagaimana seharusnya menjaga etika dalam melakukan peperangan itu.

Yang ingin saya tuliskan kali ini hanya satu aspek saja. Bahwa Islam mewajibkan menjaga rumah-rumah ibadah ketika terjadi peperangan. Pengaturan ini tidak main-main karena penegasannya langsung dalam Al-Qur’an itu sendiri. Sehingga tidak perlu interpretasi yang seringkali dikurangi atau dilebihkan

https://www.youtube.com/shorts/PfLYmUJuzaU?t=4&feature=share

Sebelum mengutip ayat itu, mungkin sekali lagi diingatkan bahwa peperangan dalam perspektif Islam adalah jalan paling akhir dari sebuah upaya mewujudkan keadilan dan perdamaian. Peperangan tidak pernah dipandang sebagai sebuah inisiasi keislaman. Tapi semata respon kepada sebuah situasi yang memaksa terjadinya peperangan itu.

Ada dua kata yang terpakai dalam Al-Qur’an untuk menggambarkan situasi yang memaksa itu. Yang pertama adalah “zhulimu” (ketika umat Islam terzholimi). Dan yang kedua adalah “yuqatiluunakum” (mereka kalian umat Islam diperangi).

Kedua kata ini (zhulimu dan yuqaatikunakum) merupakan “reasoning“ atau alasan kenapa kemudian umat Islam dibenarkan untuk terlibat dalam sebuah peperangan. Jika kezholiman tidak terjadi, dan pihak lain (musuh) tidak melakukan peperangan kepada umat, maka umat tidak dibenarkan “menginisiasi” peperangan. Bahkan di saat terjadi peperangan dan pihak musuh cenderung untuk berdamai maka etika Islam mengajarkan “berdamailah”.

Satu di antara etika peperangan yang digariskan oleh Islam adalah keharusan menjaga eksistensi dan kesucian rumah-rumah ibadah. Bahwa sedahsyat apapun peperangan yang terjadi jangan mengganggu, apalagi merusak rumah-rumah ibadah. Penyebutan rumah-rumah ibadah ini mencakup semua rumah ibadah tanpa kecuali. Bahkan lebih tegas lagi alasan pelarangan mengganggu atau merusak adalah karena di rumah-rumah ibadah itu “Asma Allah disebut-sebut”.

Di Surah Al-Hajj ayat 40 Allah tegaskan:

وَلَوْلَا  دَ  فْعُ  اللّٰهِ  النَّا سَ  بَعْضَهُمْ  بِبَـعْضٍ  لَّهُدِّمَتْ  صَوَا مِعُ  وَبِيَعٌ  وَّصَلَوٰتٌ  وَّمَسٰجِدُ  يُذْكَرُ  فِيْهَا  اسْمُ  اللّٰهِ  
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah”.

Realita inilah sesungguhnya yang menjadi rahasia kenapa di berbagai negara mayoritas Muslim rumah-rumah ibadah orang lain masih terjaga hingga kini. Gereja Kristen Koptik di Mesir, gereja-gereja Kristen Romawi di Suriah dan Turki. Bahkan di Indonesia sendiri hingga kini terjaga bahkan menjadi kebanggaan bangsa rumah ibadah kaum Buddha (Borobudur) dan Hindu (Prambanan).

Dengan dibomnya dan hancurnya gereja Kristen Orthodox, St. Porphyrious, di Gaza beberapa hari lalu sebenarnya membuka tabir berbagai kebohongan yang selama ini di hembuskan oleh mereka yang benci kepada agama ini. Begitu lama dan masif dipropagandakan jika eksistensi minoritas di dunia Islam itu selalu terancam. Salah satunya mereka tidak punya ketenangan dan hak beribadah, termasuk tidak diberikan kesempatan memiliki rumah ibadah.

Pemboman dan hancurnya gereja di Gaza yang konon kabarnya adalah gereja tertua ketiga di dunia, setelah Jerusalem dan Bethlehem, sekaligus membuka kebohongan propaganda yang selama ini dibangun bahwa bangsa Palestina di Gaza itu “anti non Muslim”. Mereka ingin mengeliminir non Muslim. Fakta itu terbuka dengan caranya Allah bahwa ternyata umat Islam Gaza telah hidup berdampingan dan menjaga rumah ibadah umat Kristiani sejak ribuan tahun.

Memang diakui pembantaian yang terjadi dan masih terus terjadi di Gaza itu membuka banyak kebohongan-kebohongan yang selama dipertontonkan tanpa malu-malu untuk mengelabui dunia. Tapi sebagaimana firman Allah: “mereka berencana dan Allah berencana. Tapi Allah itu sebaik-baik perencana”.

Semoga Allah memberikan kemudahan dan keringanan kepada bangsa Palestina dalam menghadapi cobaan yang luar biasa. Semoga semua itu jadi jalan kemenangan dan kemerdekaan mereka. Amin!

Manhattan, 24 Oktober 2023

(Catatan Putra Kajang di Ujung Dunia)